Sabtu, 14 September 2013

Dosa di Balik Jilbab Gaul



Jikalau kita cermati, jilbab yang dipakai oleh wanita Muslimah itu bermacam-macam. Bisa kita bagi secara umum menjadi 3 macam jilbab, yaitu :

- Jilbab besar
- Jilbab biasa
- Jilbab gaul atau jilbab “funky bin jilbab nyekek leher” saja

Simak penjelasannya satu-persatu :

- Jilbab besar adalah jilbab syar’i, yaitu jilbab yang menutup seluruh aurat, tidak menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis, tidak ketat, tidak menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita kafir, tidak berparfum dan bukan termasuk pakaian syuhrah. Pakaian syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal (yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia & perhiasannya) maupun pakaian yang bernilai rendah (yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya’). (Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar II / 94)

- Adapun jilbab biasa adalah sama dengan di atas, namun dengan ukuran yang sedang, tidak sebesar jilbab di atas. Hukum jilbab seperti ini adalah tidak mengapa, asal sifat-sifat yang ada pada jenis pertama (menutup seluruh aurat, tidak menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis, tidak ketat, tidak menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita kafir, tidak berparfum dan bukan termasuk pakaian syuhrah) masih bisa dipertahankan.

- Sedangkan jilbab gaul adalah jilbab yang lagi booming sekarang ini. Contoh-contohnya :

Ada yang memakai kerudung dengan bawahan rok yang hanya sebetis / malah kain yang dipakai berbelah di depan (split), ada yang hanya mengikatkan kerudung pada kepala tanpa menutup dada, ada yang memakai bawahan hanya ngepas pada mata kaki dan tanpa kaos kaki, ada juga yang memakai baju berlengan panjang hingga pergelangan tangan tanpa decker / kaos tangan, sehingga jika diangkat tangannya maka akan terlihat perhiasan yang ada di tangannya, ada yang pakai kerudung tapi untaian rambutnya lebih panjang daripada kerudungnya ada yang pakai kerudung “saringan tahu” karena saking tipisnya sehingga rambut dan ikat rambutnya terlihat jelas, ada yang pakai jilbab dengan corak warna yang mencolok sehingga bisa mencuri perhatian sekitar terutama laki-laki. Ada yang menghiasi jilbab dengan renda dan asesoris yang mencolok seperti bros, yang terakhir, ada yang jilbab “nyekek leher” lalu luarnya ditambah kerudung/kain yang berbeda warna dengan yang di dalam, yang terlihat seperti, “Biarawati Nasrani” … wal 'iyadzubillah.

Bagi wanita muslimah yang memakai jilbab jenis ketiga ini, apakah bisa dikatakan sudah cukup dan lebih “mending” dan baik daripada yang tidak pakai sama sekali?

Jawabannya, justru bisa jadi wanita tersebut berdosa karena melanggar batasan-batasan syari’at tentang jilbab dan busana Muslimah. Hal ini jika kita cermati, niscaya banyak sekali penyimpangan-penyimpangan dari jenis jilbab “gaul” ini, antara lain :

A. JILBAB GAUL TIDAK MENUTUP AURAT SECARA SEMPURNA (HANYA “MEMBUNGKUS” AURAT)

Aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Namun, banyak dari busana Muslimah saat ini, tidak menutupi aurat secara keseluruhan. Masih ada saja celah-celah yang menampakkan aurat mereka. Di antara mereka masih ada yang menampakkan leher, lengan, tangan, kaki. Padahal jilbab syar’i adalah yang menutup aurat secara sempurna, kecuali muka dan telapak tangan saja.

Dari Abu Dawud, dari 'Aisyah berkata, bahwa 'Asma suatu kali mendatangi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama dengan mengenakan pakaian tipis lalu Rasulullah berkata kepadanya, ”Wahai Asma’, wanita yang telah haid (maksudnya telah baligh), tidak boleh terlihat darinya kecuali ini, beliau mengisyaratkan ke mukanya dan telapak tangannya.” (HR. Abu Dawud no. 4104)

B. JILBAB GAUL MENARIK PERHATIAN KAUM LELAKI

Di antara tujuan jilbab adalah melindungi diri dari godaan lelaki dan menghindar dari fitnah, namun jilbab gaul justru malah menarik perhatian kaum lelaki. Bagaimana mungkin jilbab justru menarik perhatian kaum lelaki ? Hal ini disebabkan antara lain :

- Jilbab gaul berwarna warni dan dihiasi berbagai macam motif. Syaikh al-Albani menegaskan, “Tujuan disyari’atkannya memakai jilbab adalah untuk menutup perhiasan wanita, maka tidak masuk akal jika seorang wanita Muslim memakai jilbab yang penuh motif dan hiasan.” (Jilbab Mar’ah Muslimah : 120)

Oleh karenanya, Allah Ta'ala berfirman,”Dan janganlah menampakkan perhiasannya.” (QS. An-Nur : 31). Keumuman ayat ini menunjukkan bahwa hiasan yang tidak boleh ditampakkan adalah mencakup pakaian itu sendiri jika dipenuhi oleh hiasan yang menarik perhatian kaum lelaki.

APAKAH BERARTI SEORANG WANITA MUSLIM HARUS MEMAKAI PAKAIAN HITAM ?

Tidak juga, karena kriteria pakaian bagi Muslimah adalah pakaian yang berwarna lazim atau familiar, tidak menjadi pusat perhatian. Sehingga, jika suatu daerah justru membenci warna hitam, maka tidak mengapa dia memilih pakaian berwarna terang seperti merah, hijau, dll jika termasuk pakaian yang lazim dipakai.

Ibrahim an-Nakha’i suatu hari bersama Alqamah mendatangi para istri Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallama, mereka berdua mendapatkan istri para Nabi memakai pakaian berwarna merah. (Jilbab Mar’ah Muslimah : 122)

- Jilbab gaul tipis dan transparan

Menutup aurat tidak mungkin terwujud dengan pakaian tipis dan transparan, justru dengan pakaian tipis, akan menambah fitnah dan menjadi hiasan bagi kaum wanita. Karenanya Nabi ﷺ bersabda, ”Dua golongan dari ahli Neraka yang tidak pernah aku lihat : [1] Seseorang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan [2] Perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepalanya bagai punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya,sekalipun ia bisa didapatkan sejauh perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Ibnu 'Abdil Barr rahimahullaahu mengatakan, ”Makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’ (berpakaian tapi telanjang) adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutup dengan sempurna). Mereka berpakaian, namun hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Mar’ah Muslimah : 125-126)

- Jilbab Gaul ketat, memakai jilbab itu bertujuan menghindari fitnah, dan hal ini tak mungkin terwujud dengan memakai pakaian ketat. Meskipun terkadang pakaian ini menutupi warna kulit, namun pakaian seperti ini menampakkan sebagian bahkan seluruh lekuk tubuh.

- Jilbab Gaul berparfum, padahal Nabi ﷺ menegaskan, ”Tidaklah seorang wanita memakai minyak wangi lalu keluar melewati sebuah kaum supaya mereka mencium parfumnya, maka sesungguhnya wanita itu adalah pezina.” (HR. Ahmad)

- Jilbab Gaul menyerupai wanita-wanita kafir, karena biasanya jilbab gaul mengikuti mode yang sedang berkembang di dunia barat kemudian dipoles sedikit dengan nuansa Islami, belum lagi dengan model yang sedang nge- trend yang menyerupai biarawati Nasrani ... wal 'iyadzubillah

MENGAPA FENOMENA INI SEMAKIN MARAK DAN DIGANDRUNGI OLEH SEBAGIAN REMAJA PUTERI DAN WANITA MUSLIMAH ?

Boleh jadi hal ini disebabkan pengetahuan mereka yang minim mengenai jilbab yang syar’i. Sehingga mereka hanya ikut-ikutan saja, sebab pemahaman keIslamannya masih minim. Atau mereka termakan berbagai propaganda musuh-musuh Islam yang ingin menggiring kaum muslimah keluar rumah dalam keadaan “telanjang” dengan alasan emansipasi, kesetaraan gender, dll. Propaganda lainnya yang menyebutkan bahwa jilbab hanya adat dan budaya negara Arab saja, dsb.

Bagaimana solusinya ? Tentunya dengan menanamkan pendidikan Islam secara menyeluruh dan berkesinambungan kepada para generasi muda umat ini dimulai dari diri mereka sendiri. Wallahu A’lam.

Ustadz Abu Rufaid Agus Suseno, Lc
Majalah Sakinah Volume 10, No. 8 15 November-15 Desember 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar